Kamis, 07 April 2011

makalah Peritoneal Dialysis pada sistem perkemihan


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Pemasangan CAPD biasanya dilakukan pada penderita gagal ginjal, kegiatan cuci darah adalah suatu keharusan. Biasanya, para penderita ini melakukan hemodialisis (cuci darah melalui mesin) 2-3 kali dalam seminggu di Rumah Sakit. Namun, dalam 4 tahun terakhir mulai disosialisasikan sebuah alternatif dimana penderita dapat melakukan cuci darah sendiri di rumah. Metode tersebut dikenal dengan Peritoneal Dialysis (PD).
Ada dua macam PD, yaitu Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dan Automated Peritoneal Dialysis (APD). APD relatif masih jarang digunakan oleh masyarakat Indonesia, mengingat metode ini menggunakan mesin yang dipasang di rumah penderita. "Tapi harganya berikisar 120 hingga 150 juta, sehingga mungkin memberatkan. Kalau APD ini, cuci darahnya memang hanya sekali dilakukan ketika menjelang tidur. Tapi dengan harga segitu, daripada beli mesin dengan harga segitu, mending transplantasi ginjal saja kan," ujar dr. Erlan, Marketing Manager Divisi Renal PT Kalbe Farma, disela-sela acara gathering para penderita gagal ginjal.
Sementara itu, dengan CAPD dikatakan dr. Erlan dapat menciptakan kualitas hidup yang lebih baik bagi penderita. Sebab, mereka dapat menjalani hidupnya dengan normal, tanpa banyak batasan untuk mengkonsumsi makanan. Clinical Coordinator Kalbe Farma, Kriatianto Dhanu menjelaskan, CAPD dipasang permanen di tubuh penderita, tepatnya di bagian perut.
Sebuah catheter (kateter) dipasang di bagian perutnya dan disediakan sebuah kantong untuk menjamin kesterilannya. Dengan CAPD, penderita cukup melakukan kontrol 1 kali dalam sebulan ke rumah sakit. Pola kerja cuci darahnya, kateter disambungkan dengan titanium adapter yang akan mengalirkan cairan dextrose. Cairan inilah yang berfungsi untuk menarik racun dari dalam tubuh. Proses pengaliran cairan ini hanya membutuhkan waktu 10 menit. Dalam sehari dilakukan sebanyak 3-4 kali.

B.Rumusan Masalah                             
1 Apa itu pritonial dialis ?
2 Hal – hal apa saja yang harus di perhatikan ?
3 Indikasi apa yang terjadi jika dilakukannya hemodialisis?
C.Tujuan Penulisan
1.Mengetahui pritonial dialis
2.Mampu Indikasi apa yang terjadi jika dilakukannya hemodialisis


D.Metode Penulisan
            Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah  studi kepustakaan yaitu dengan mencari berbagai sumber buku dan internet sebagai penunjang dalam penyusunan makalah ini.
E.Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 bab, yaitu :
Bab I Pendahuluan Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Teori Mengemukakan isi dari makalah ini yang terdiri dari beberapa pembahasan seperti; pengertian, indikasi, tujuan
Bab III Penutup. Terdiri dari kesimpulan dan saran





BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A.    Pengertian
Peritoneal dialysis adalah suatu proses dialysis di dalam rongga perut yang bekerja sebagai penampung cairan dialysis, dan peritoneum sebagai membrane semi permeable yang berfungsi sebagai tempat yang dilewati cairan tubuh yang berlebihan & solute yang berisi racun yang akan dibuang.Anatomi Membran Peritoneum Rongga Peritoneum Rongga peritoneum adalah bagian dari perut yang membungkus organ-organ, seperti lambung, ginjal, usus, dll. gangguan.
 Di dalam rongga perut ini terdapat banyak sel-sel darah kecil (kapiler) yang berada pada satu sisi dari membran peritoneum dan cairan dialysis pada sisi yang lain.
Rongga peritoneum berisi + 100ml cairan yang berfungsi untuk lubrikasi / pelicin dari membran peritoneum. Pada orang dewasa normal, rongga peritoneum dapan mentoleransi cairan > 2 liter tanpa menimbulkan
 Peritoneal dialysis adalah suatu proses dialysis di dalam rongga perut yang bekerja sebagai penampung cairan dialysis, dan peritoneum sebagai membrane semi permeable yang berfungsi sebagai tempat yang dilewati cairan tubuh yang berlebihan & solute yang berisi racun yang akan dibuang.Anatomi Membran Peritoneum Rongga Peritoneum Rongga peritoneum adalah bagian dari perut yang membungkus organ-organ, seperti lambung, ginjal, usus, dll. gangguan.
Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang menembus dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan selama waktu tertentu sehingga limbah metabolic dari aliran darah secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut, kemudian cairan dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan cairan yang baru. Keunggulan CAPD nya adalah
1. Proses dialysis peritoneal ini tidak menimbulkan rasa sakit.
2. Membutuhkan waktu yang singkat, terdiri dari 3 langkah.
a)      Pertama, masukkan dialisat berlangsung selama 10 menit
b)      Kedua, cairan dibiarkan dalam rongga perut untuk selama periode waktu tertentu (4-6 jam)
c)      Ketiga, pengeluaran cairan yang berlangsung selama 20 menit
Ketiga proses diatas dilakukan beberapa kali tergantung kebutuhan dan bisa dilakukan oleh pasien sendiri secara mandiri setelah dilatih dan tidak perlu ke rumah sakit.
B.indikasi
 Indikasi dilakukannya hemodialisis pada penderita gagal ginjal stadium terminal antara lain karena telah terjadi:
  1. Kelainan fungsi otak karena keracunan ureum (ensepalopati uremik)
  2. Gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit misal: asidosis metabolik, hiperkalemia dan hipercalsemia
  3. Kelebihan cairan (volume overload) yang memasuki paru-paru sehingga menimbulkan sesak nafas berat
  4. Gejala-gejala keracunan ureum (uremic symptoms)
C.Beberapa hal yang harus di perhatikan saat pemasangan CAPD

1)Perpindahan cairan pada CAPD dipengaruhi :
1)       Kualitas membrane
2)       Ukuran & karakteristik larutan
3)       Volume dialisat

2)Proses dialysis pada CAPD terjadi karena adanya perbedaan :
a)      Tekanan osmotic
b)      Konsentrasi zat terlarut antara cairan CAPD dengan plasma darah dalam pembuluh kapiler
c)      Pada saat cairan dialisat dimasukkan dalam peritoneum, air akan diultrafiltrasi dari plasma ke dialisat, sehingga meningkatkan volume cairan intra peritoneal. Peningkatan volume cairan intraperitoneal berbanding lurus dengan konsentrasi glukosa dari cairan dialisat.
d)     Kecepatan transport air dan zat terlarut dapat diestimasi secara periodic melalui PET test (Peritoneal Equilibrum Test)

3)      Standar konsentrasi elektrolit cairan CAPD:
a)      Na (132 meq /lt)
b)      Cl ( 102 meq /lt)
c)      Mg (0,5 meq /lt)
d)     K   (0 meq /lt)

C.Efek samping Hemodialisis yang dapat terjadi antara lain:
  1. Sakit punggung (5%)
  2. Nyeri dada (5%)
  3. Sakit kepala (5%)
  4. Hipotensi (tekanan darah tiba-tiba turun drastis) (20%)
  5. Gatal di kulit (5%)
  6. Rasa kram di kaki (5 - 20%)
  7. Mual dan muntah (15%)
  8. Demam dan menggigil (jarang)
  9. Komplikasi berat yang jarang terjadi seperti: reaksi alergi (anaphylaksis) akut, banyak sel-sel darah merah pecah (hemolisis), adanya gelembung udara (air embolism) yang menyumbat pembuluh darah, kadar oksigen yang rendah dalam darah (hipoksemia)
  10. Komplikasi jangka panjang seperti: anemia, infeksi, denyut jantung tidak teratur (aritmia), penyakit jantung koroner, gizi kurang, kekurangan mineral (degenerasi) tulang, kekurangan vitamin dan mineral.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN
Peritoneal dialysis adalah suatu proses dialysis di dalam rongga perut yang bekerja sebagai penampung cairan dialysis, dan peritoneum sebagai membrane semi permeable yang berfungsi sebagai tempat yang dilewati cairan tubuh yang berlebihan & solute yang berisi racun yang akan dibuang.Anatomi Membran Peritoneum Rongga Peritoneum Rongga peritoneum adalah bagian dari perut yang membungkus organ-organ, seperti lambung, ginjal, usus, dll. gangguan.
Peritoneal dialysis adalah suatu proses dialysis di dalam rongga perut yang bekerja sebagai penampung cairan dialysis, dan peritoneum sebagai membrane semi permeable yang berfungsi sebagai tempat yang dilewati cairan tubuh yang berlebihan & solute yang berisi racun yang akan dibuang.Anatomi Membran Peritoneum Rongga Peritoneum Rongga peritoneum adalah bagian dari perut yang membungkus organ-organ, seperti lambung, ginjal, usus, dll. gangguan.
B. SARAN
Penulis mengharapkan dengan membaca makalah ini dapat lebih memahami mengenai tindakan keperawatan yang harus dimengerti dan dilakukan dalam keterampilan kritis pada gangguan system perkemihan mulai dari memahami teorinya sampai dalam persiapan alat, pasien dan langkah-langkah kerja yang harus dilakukan oleh para perawat dalam tindakan keperawatan.











DAFTAR PUSTAKA



Posting by :
Agus Supiyan
05200ID09002
Tingkat II – A
AKPER PEMDA GARUT




Tidak ada komentar:

Posting Komentar